2.06.2005

My Spookie Office Bag.1

Suasana kantorku memang dingin, bukan karena AC, tapi memang hawanya "dingin", entah itu karena kurang banyak sinar matahari yang bisa menembus kedalam beberapa runpang di dalam kantor, jadi dibagian depan itu bukan sinar matahari yang masuk, tapi hanya cahayanya saja. Mungkin nih, karena kondisi seperti itu, jadinya ada pihak-pihak yang tidak / kurang bisa memperlihatkan tanggung jawabnya sengaja atau pun ga sengaja memanfaatkan situasi "dingin" itu, ya kita sebut saja mereka dengan istilah "lelembut". Sebetulnya sejak awal aku dah mulai merasakan gejala-gejala "geli", "muriding" dsj, tapi selama ini aku diem aja karena takut dianggap freak sama anak-anak. Freak kenapa? karena mungkin aku bisa dianggap punya kelainan, wong yg laen ga ngerasain apa-apa kok aku ngerasa "ada apa-apa". Contohnya, suatu malam, di ruang makan (di belakang), abis makan indomie, smoking sambil santai, senderan di kursi ngadep ke arah wastafel ngebelakangin lemari, kursi agak digeser mundur, tiba-tiba pandanganku ditarik kearah pohon jambu di halaman belakang tetangga, sekilas tidak ada apa-apa, gelap abis, tapi pas kupalingkan mataku ke bawah, jadi serasa ada yang janggal di pohon jambu itu, penasaran, aku lihat lagi ke pohon, ga ada apa-apa, buang mata lagi, serasa ada yg janggal lagi, akhirnya aku merem dan pelan-pelan aku liat ke pohon.. hmm... ga ada apa-apa.. cuma kulihat ada seperti potongan kain warna cukup terang melilit di salah satu batang pohon, dan samar-samar kulihat untaian rambut yang cukup panjang menghalangi sebagian kain putih itu. Setelah rada nyadar dan rada diperjelas, ternyata itu teh adalah seperti seorang gadis sunsilk yang iseng abis mandi - rambut masih basah trus duduk di pohon malem-malem pake baju putih, iseng amat ya??! Yang bikin aku penasaran, kenapa ngebelakangin? kenapa ga face-2-face coba ?? kan bisa liat wajahnya cakep ga.. hehe.. atau kan minimal bisa nanya emailnya apa atau punya FS ga ?

Padjadjaran

Pernah aku bermimpi, dengan latar perkampungan sunda zaman dulu, bertemu seorang kakek tua di sebuah kedai teh, tiba-tiba dia menepuk pundak kananku dan berkata "maneh hayang pakarang pusaka Padjadjaran?", belum sempat aku berpikir siapa kakek itu dia langsung menyambung, "tuh, teangan tangkal hoe, dihandapeun rungkun tangkal gede anu itu (sambil nunjuk ke sebuah pohon yang berdiri kokoh dibelakang rumah saudaraku), cokot, eta jatah maneh!". Masih terdengar dengan jelas suara kakek itu aku langsung terperanjat bangun dari tidurku, aneh, jarang sekali aku berkhayal tentang hal-hal semacam itu tetapi tiba-tiba dihadapkan pada sebuah pertanyaan besar, "apa maksudnya mimpi itu? kenapa tiba-tiba mendapat pesan seperti itu dan cara yang seperti itu", apa hanya sekedar bunga tidur biasa atau entah apa lah. Besok paginya, aku langsung bertanya kepada Ibuku, apakah mungkin sebuah batang rotan (hoe) menjadi senjata pusaka sebuah kerajaan besar. Jawaban Ibuku sangat mengejutkanku, beliau mengatakan bahwa batang rotan dapat melumpuhkan orang yang mempunyai ilmu kekebalan, atau pun bisa menghilangkan pengaruh sihir kepada orang yang memegangnya. Pikirku, oke lah, penjelasan itu bisa aku terima, tapi pertanyaanku tidak habis, kenapa aku yang tidak pernah tau apa-apa tentang hal semacam itu tiba-tiba bermimpi seperti itu? Teringat sewaktu aku dulu duduk di kelas 1 SMP, pernah satu guru bahasa Sunda menugaskan kami semua untuk membuat dan menyerahkan silsilah keluarga para siswa sebagai tugas, dan kebetulan keluargaku termasuk yang menjunjung tinggi sejarah keturunan keluarga. Tidak lama aku merunut kembali asal-usulku dari bawah sampai keatas, memang darahku sebagian besar berasal dari Padjadjaran, walau pun aku pribadi enggan mencantumkan gelar keturunan pada namaku, bukan malu, tapi kurasa itu tidak perlu, dan tidak berpengaruh pada kehidupanku saat ini. Tapi entah kenapa, batinku mengatakan dengan lantang dan yakin bahwa suatu saat hal itu akan merubah hidupku. Yang aku yakini, bahwa suatu saat nanti, disaat Bumi Nusantara mengalami perpecahan besar, Kerajaan Padjadjaran akan bangkit dan mengulang kejayaannya, dan aku berharap bisa menjadi bagian dari sejarah itu. Entah saat aku menulis sekarang masih dalam keadaan mimpi, tapi kuharap mimpiku yang satu ini bisa terwujud, tinggal menunggu waktu.